Kamis, 27 Desember 2012

Logam Berat Kadmium (Cd)





Cadmium (Cd) terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit (renik) dan bersifat tidak larut dalam air. Cd dan bermacam bentuk persenyawaannya dapat masuk ke lingkungan perairan sebagai efek samping dari aktivitas manusia. Cd dalam konsentrasi berlebih dapat membawa sifat racun yang merugikan semua organisme hidup, bahkan berbahaya untuk manusia. Dalam tubuh biota perairan jumlah logam yang terakumulasi akan terus mengalami peningkatan dengan adanya proses biomagnifikasi di badan perairan. Tingkatan biota dalam sistem rantai makanan turut menentukan jumlah Cd yang terakumulasi. Bila jumlah Cd yang terakumulasi melebihi ambang maka biota dari level tertentu dalam rantai makanan akan mengalami kematian bahkan kemusnahan (Palar, 1994).

Menurut Effendi (2003), Cd bersifat kumulatif dan sangat toksik bagi manusia karena dapat mengakibatkan gangguan fungsi ginjal dan paru-paru, meningkatkan tekanan darah dan kemandulan pada pria dewasa. Kasus keracunan Cd yang terkenal adalah timbulnya penyakit itai-itai di Jepang ditandai dengan rasa sakit pada tulang dan terjadi pengeroposan tulang. Toksisitas Cd dipengaruhi oleh pH dan kesadahan . Selain itu keberadaan Zn dan Pb dapat meningkatkan toksisitas Cd.

Berdasarkan standar WHO, kadar Cd maksimum pada air yang diperuntukkan bagi air minum adalah 0.005 mg/l. Pada perairan yang diperuntukkan bagi kepentingan pertanian dan peternakan, kadar Cd sebaiknya tidak melebihi 0.005 mg/l. Untuk melindungi kehidupan pada ekosistem akuatik, perairan sebaiknya memiliki kadar Cd sekitar 0.0002 mg/l ?(Moore, 1991 dalam Effendi, 2003). Level maksimum konsentrasi Cd dalam ikan dan produk perikanan sesuai ketentuan FDA tahun 1998 adalah 3 – 4 ppm berlaku di Amerika Serikat dan 0.5 - 1.0 mg/kg berat basah untuk Negara-negara Eropa (Huss, dkk., 2003).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar